PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI

PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI
TABIB BERIJIN RESMI, HERBAL 100% ALAMI, AMAN SUDAH IJIN B-POM DAN HALAL MUI, PENGOBATAN MENGGUNAKAN HERBAL YANG SUDAH DIPERKAYA DENGAN RUQYAH ISLAMI YANG SYAR'I. HARGA TERJANGKAU. INFO LENGKAP KLIK PADA GAMBAR. SMS/WA TABIB UNTUK KONSULTASI DAN PEMESANAN OBAT DI: 08121341710 ATAU 0811156812

Friday, October 7, 2016

Jadikan Thibbun Nabawi Sebagai Obat Utama, asam urat tinggi, asam urat obat, obat asam urat alami, obat asam urat tradisional, obat asam urat alami dari tanaman, herbal asam urat manjur, herbal asam urat dan kolesterol, pengobatan asam urat, pengobatan asam urat alami, gejala asam urat pada kaki

Shahabat yg mulia Abu Sa‘id Al-Khudri rahimahullahu berkata:

أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلَقُوْا فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا فِي حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ، فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ. فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ، فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ، لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ. فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِيْنَ قَدْ نَزَلُوْا بِكُم، لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ. فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ! إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ، فَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ، لاَ يَنْفُعُهُ شَيْءٌ، فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ منكُمْ شَيْءٌ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ، وَاللهِ إِنِّي لَرَاقٍ، وَ لَكِنْ وَاللهِ لَقَدِ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا، فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً. فَصَالِحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ. فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ: حَتَّى لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ، فَانْطَلَقَ يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ. قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِي صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ. فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوا. فَقَالَ الَّذِي رَقَى: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ، فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا. فَقَدِمُوْا عَلى رَسُولِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرُاْ لَهُ ذَلِكَ، فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ أَصَبْتُمْ، اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ


artinya:
Sejumlah shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi dlm sebuah safar yg mereka tempuh hingga mereka singgah di sebuah kampung Arab. Mereka kemudian meminta penduduk kampung tersebut agar menjamu mereka namun penduduk kampung itu menolak.

Tak lama setelah itu kepala suku dari kampung tersebut tersengat binatang berbisa. Penduduk pun mengupayakan segala cara pengobatan namun tdk sedikit pun yg memberikan manfaat utk kesembuhan pemimpin mereka.

Sebagian mereka berkata kepada yg lain: “Seandai kalian mendatangi rombongan yg tadi singgah di tempat kalian mungkin saja ada di antara mereka punya obat .”

Penduduk kampung itu pun mendatangi rombongan shahabat Rasulullah yg tengah beristirahat tersebut seraya berkata: “Wahai sekelompok orang pemimpin kami disengat binatang berbisa. Kami telah mengupayakan berbagai cara utk menyembuhkan sakit namun tdk satu pun yg bermanfaat.

Apakah salah seorang dari kalian ada yg memiliki obat?” Salah seorang shahabat berkata: “Iya demi Allah aku bisa meruqyah. Akan tetapi demi Allah tadi kami minta dijamu namun kalian enggan utk menjamu kami. maka aku tdk akan melakukan ruqyah utk kalian hingga kalian bersedia memberikan imbalan kepada kami.”

Mereka pun bersepakat utk memberikan sekawanan kambing(2) sebagai upah dari ruqyah yg akan dilakukan.

Shahabat itu pun pergi utk meruqyah pemimpin kampung tersebut. Mulailah ia meniup disertai sedikit meludah dan membaca(3): “Alhamdulillah rabbil ‘alamin” . Sampai akhir pemimpin tersebut seakan-akan terlepas dari ikatan yg mengekangnya. Ia pun pergi berjalan tdk ada lagi rasa sakit .

Penduduk kampung itu lalu memberikan imbalan sebagaimana telah disepakati sebelumnya. Sebagian shahabat berkata: “Bagilah kambing itu.” Namun shahabat yg meruqyah berkata: “Jangan kita lakukan hal itu sampai kita menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kita ceritakan kejadian dan kita tunggu apa yg beliau perintahkan.”

Mereka pun menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengisahkan apa yg telah terjadi. Beliau berta kepada shahabat yg melakukan ruqyah: “Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah itu bisa dibaca utk meruqyah? Kalian benar bagilah kambing itu dan berikanlah bagian untukku bersama kalian.”

Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dlm kitab Shahih- no. 5749 kitab Ath-Thibb bab An-Nafats fir Ruqyah. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dlm Shahih- no. 5697 kitab As-Salam bab Jawazu Akhdzil Ujrah ‘alar Ruqyah.

Beberapa faedah yg dapat kita ambil dari hadits Abu Sa‘id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu di atas adalah:

1. Surah Al-Fatihah mustahab utk dibacakan kepada orang yg disengat binatang berbisa dan orang sakit.

2. Boleh mengambil upah dari ruqyah dan upah itu halal.(4)

3. Seluruh kambing itu sebenar milik orang yg meruqyah adapun yg lain tdk memiliki hak namun dibagikan kepada teman-teman krn kedermawanan dan kebaikan.

4. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam minta bagian dlm rangka lbh menenangkan hati para shahabat dan utk lbh menunjukkan bahwa upah yg didapatkan tersebut halal tdk mengandung syubhat.

Demikian faedah yg disebutkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dlm Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim .

Pengobatan Nabawiyyah Bukan Pengobatan Alternatif

Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyyah yg diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yg ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-hamba-Nya.

Dan sesungguh pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِن، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِن، إِنْ أَصَابَهُ سَرَّاءٌ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَهُ ضَرَّاءٌ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkara adl kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kelapangan ia bersyukur. mk yg demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan ia bersabar. mk yg demikian itu baik baginya.”

Termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yg diberikan kepada kaum mukminin Dia menjadikan sakit yg menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka.

Sebagaimana tersebut dlm hadits Abdullah bin Mas‘ud radhiallahu ‘anhu bahwasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lain melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahan sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”

Di sisi lain sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan penyakit Dia pun menurunkan obat bersama penyakit itu. Obat itupun menjadi rahmat dan keutamaan dari-Nya utk hamba-hamba-Nya baik yg mukmin maupun yg kafir.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dlm hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan utk penyakit itu obatnya.”
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُ دَوَاءً، جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ وَعَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ

“Sesungguh Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obat bersamanya. tdk mengetahui orang yg tdk mengetahui dan mengetahui orang yg mengetahuinya.”

Jabir radhiallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Setiap penyakit ada obatnya. mk bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dgn izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah yg shahih sarat dgn beragam penyembuhan dan obat yg bermanfaat dgn izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga mesti kita tdk terlebih dahulu berpaling dan meninggalkan utk beralih kepada pengobatan kimiawi yg ada di masa sekarang ini.(5)

Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: “Sungguh para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dgn bahan makanan mk jangan beralih kepada obat-obatan . Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yg sederhana mk jangan beralih memakai obat yg kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap penyakit yg bisa ditolak dgn makanan-makanan tertentu dan pencegahan janganlah mencoba menolak dgn obat-obatan’.”

Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpaling manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti hal berpaling mereka dari pengobatan dgn Al-Qur`an yg merupakan obat bermanfaat.”

Dengan demikian tdk sepantas seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekedar sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantas dia menjadikan sebagai cara pengobatan yg utama krn kepastian datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat lisan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara pengobatan dgn obat-obatan kimiawi kepastian tdk seperti kepastian yg didapatkan dgn thibbun nabawi. Pengobatan yg diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diyakini kesembuhan krn bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi kebanyakan dugaan atau dgn pengalaman/ uji coba.

Namun tentu berkaitan dgn kesembuhan suatu penyakit seorang hamba tdk boleh bersandar semata dgn pengobatan tertentu. Dan tdk boleh meyakini bahwa obatlah yg menyembuhkan sakitnya. Namun seharus ia bersandar dan bergantung kepada Dzat yg memberikan penyakit dan menurunkan obat sekaligus yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang hamba hendak selalu bersandar kepada-Nya dlm segala keadaannya. Hendak ia selalu berdoa memohon kepada-Nya agar menghilangkan segala kemudharatan yg tengah menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَمَّنْ يُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْءَ

“Siapakah yg mengijabahi permintaan orang yg dlm kesempitan apabila ia berdoa kepada-Nya dan Dia yg menghilangkan kejelekan?”

Sungguh tdk ada yg dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Karena itulah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata memuji Rabbnya:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ

“Dan apabila aku sakit Dialah yg menyembuhkanku.”



Contoh Pengobatan Nabawi

Banyak sekali cara pengobatan nabawi. Kami hanya menyebutkan beberapa di antara krn keterbatasan halaman yg ada:

1. Pengobatan dgn madu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang madu yg keluar dari perut lebah:

يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ

“Dari perut lebah itu keluar minuman yg bermacam-macam warna di dlm terdapat obat yg menyembuhkan bagi manusia.”

Madu dapat digunakan utk mengobati berbagai jenis penyakit dgn izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara utk mengobati sakit perut seperti ditunjukkan dlm hadits berikut ini:

أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ. فَقَالَ: اِسْقِهِ عَسَلاً. ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَة فَقَالَ: اسْقِهِ عَسَلاً. ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَة فَقَالَ: اسْقِهِ عَسَلاً. ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ: فَعَلْتُ. فَقَالَ: صَدَقَ اللهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيْكَ، اسْقِهِ عَسْلاً. فَسَقَاهُ فَبَرَأَ

“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya6.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang utk kedua kali Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yg ketiga Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’

Setelah itu orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukan .’(7) Nabi bersabda: ‘Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu dusta.(6) Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkan lagi mk saudara pun sembuh.”


2. Pengobatan dgn habbah sauda`
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ هَذِهِ الْحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلاَّ مِنَ السَّامِ. قُلْتُ: وَمَا السَّامُ؟ قَالَ: الْمَوْتُ

“Sesungguh habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit kecuali dari penyakit as-samu”. Aku bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.”

3. Pengobatan dgn susu dan kencing unta
Anas radhiallahu ‘anhu menceritakan: “Ada sekelompok orang ‘Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit . Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah berilah tempat kepada kami dan berilah kami makan.’ Ketika telah sehat mereka berkata: ‘Sesungguh udara kota Madinah tdk cocok bagi kami .’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah di dekat tempat pemeliharaan unta-unta beliau . Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan kencing unta-unta itu.’(9)

Tatkala mereka telah sehat mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menggiring unta-unta tersebut . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengirim utusan utk mengejar mereka hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dgn dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka.”

4. Pengobatan dgn berbekam (10)

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengabarkan:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ فِي رَأْسِهِ مِنْ شَقِيْقَةٍ كَانَتْ بِهِ

“Sesungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepala dlm keadaan beliau sebagai muhrim krn sakit pada sebagian kepalanya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

الشِّفَاءُ فِي ثَلاَثٍ: شُرْبَةِ عَسَلٍ، وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ، وَكَيَّةِ نَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الْكَيِّ

“Obat/kesembuhan itu dlm tiga : minum madu berbekam dan dgn kay namun aku melarang umatku dari kay.”(11)


Ruqyah

Salah Satu Pengobatan Nabawi
Di antara cara pengobatan nabawi yg bermanfaat dgn izin Allah Subhanahu wa Ta’ala adl ruqyah yg syar’i yg ditetapkan dlm Al-Qur`an dan As-Sunnah yg shahih. Ketahuilah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Al-Qur`anul Karim sebagai syifa` sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلاَ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ءَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur`an itu suatu bacaan dlm selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: ‘Mengapa tdk dijelaskan ayat-ayatnya?’ Apakah dlm bahasa asing sedangkan Arab? Katakanlah: ‘Al-Qur`an itu adl petunjuk dan penawar bagi orang yg beriman’.”

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an apa yg merupakan syifa` dan rahmat bagi orang2 yg beriman.”

Huruf مِنْ dlm ayat di atas utk menerangkan jenis bukan menunjukkan tab‘idh . Karena Al-Qur`an seluruh adl syifa` dan rahmat bagi orang2 beriman sebagaimana dinyatakan dlm ayat sebelum .”

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata ketika memberikan komentar terhadap hadits yg menyebutkan tentang wanita yg menderita ayan : “Dalam hadits ini ada dalil bahwa pengobatan seluruh penyakit dgn doa dan bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adl lbh manjur serta lbh bermanfaat daripada dgn obat-obatan. Pengaruh dan khasiat bagi tubuh pun lbh besar daripada pengaruh obat-obatan jasmani.
Namun kemanjuran hanyalah didapatkan dgn dua perkara:

Pertama: Dari sisi orang yg menderita sakit yaitu lurus niat/tujuannya.
Kedua: Dari sisi orang yg mengobati yaitu kekuatan bimbingan/arahan dan kekuatan hati dgn takwa dan tawakkal. Wallahu a’lam.”

Dalam hadits Abu Sa‘id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu tentang ruqyah dgn surat Al-Fatihah yg dilakukan salah seorang shahabat benar-benar terlihat pengaruh obat tersebut pada penyakit yg diderita sang pemimpin kampung. Sehingga obat itu mampu menghilangkan penyakit seakan-akan penyakit tersebut tdk pernah ada sebelumnya. Cara seperti ini merupakan pengobatan yg paling mudah dan ringan. Seandai seorang hamba melakukan pengobatan ruqyah dgn membaca Al-Fatihah secara bagus niscaya ia akan melihat pengaruh yg mengagumkan dlm kesembuhan.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: “Aku pernah tinggal di Makkah selama beberapa waktu dlm keadaan tertimpa berbagai penyakit. Dan aku tdk menemukan tabib maupun obat. Aku pun mengobati diriku sendiri dgn Al-Fatihah yg dibaca berulang-ulang pada segelas air Zam-zam kemudian meminum hingga aku melihat dlm pengobatan itu ada pengaruh yg mengagumkan. Lalu aku menceritakan hal itu kepada orang yg mengeluh sakit. Mereka pun melakukan pengobatan dgn Al-Fatihah ternyata kebanyakan mereka sembuh dgn cepat.”

Subhanallah! Demikian penjelasan dan persaksian Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu terhadap ruqyah serta pengalaman pribadi berobat dgn membaca Al-Fatihah.

Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan berkata: “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan Al-Qur`an sebagai syifa` bagi penyakit-penyakit hissi dan maknawi berupa penyakit-penyakit hati dan badan. Namun dgn syarat peruqyah dan yg diruqyah harus mengikhlaskan niat. Dan masing-masing meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ruqyah dgn Kalamullah merupakan salah satu di antara sebab-sebab yg bermanfaat.”

Beliau juga berkata: “Pengobatan dgn ruqyah Al-Qur`an merupakan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amalan salaf. Mereka dahulu mengobati orang yg terkena ‘ain kesurupan jin sihir dan seluruh penyakit dgn ruqyah. Mereka meyakini bahwa ruqyah termasuk sarana yg mubah(12) lagi bermanfaat sementara yg menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.”

Thibbun Nabawi Memberi Pengaruh bagi Kesembuhan dgn Izin Allah Subhanahu wa Ta’ala
Mungkin ada di antara kita yg pernah mencoba melakukan pengobatan dgn thibbun nabawi dgn minum madu(13) misal atau habbah sauda`. Atau dgn ruqyah membaca ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa yg diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tdk merasakan pengaruh apa-apa. Penyakit tdk kunjung hilang.

Ujung-ujung kita meninggalkan thibbun nabawi krn kurang percaya akan khasiat lalu beralih ke obat-obatan kimiawi. Mengapa demikian? Mengapa kita tdk mendapatkan khasiat sebagaimana yg didapatkan Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu ketika meruqyah diri dgn Al-Fatihah? Atau seperti yg dilakukan oleh seorang shahabat ketika meruqyah kepala suku yg tersengat binatang berbisa di mana usai pengobatan si kepala suku sembuh seakan-akan tdk pernah merasakan sakit?

Di antara jawaban sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yg telah
lewat bahwasa manjur ruqyah hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal:

Pertama: Dari sisi si penderita harus lurus dan benar niat/ tujuannya.
Kedua: Dari sisi yg mengobati harus memiliki kekuatan dlm memberi bimbingan/arahan dan kekuatan hati dgn takwa dan tawakkal.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: “Ada hal yg semesti dipahami yakni zikir ayat dan doa-doa yg dibacakan sebagai obat dan yg dibaca ketika meruqyah memang merupakan obat yg bermanfaat. Namun dibutuhkan respon pada tempat kuat semangat dan pengaruh orang yg meruqyah. Bila obat itu tdk memberi pengaruh hal itu dikarenakan lemah pengaruh peruqyah tdk ada respon pada tempat terhadap orang yg diruqyah atau ada penghalang yg kuat yg mencegah khasiat obat tersebut sebagaimana hal itu terdapat pada obat dan penyakit hissi.

Tidak ada pengaruh obat itu bisa jadi krn tdk ada penerimaan thabi’ah terhadap obat tersebut. Terkadang pula krn ada penghalang yg kuat yg mencegah bekerja obat tersebut. Karena bila thabi’ah mengambil obat dgn penerimaan yg sempurna niscaya manfaat yg diperoleh tubuh dari obat itu sesuai dgn penerimaan tersebut.

Demikian pula hati. Bila hati mengambil ruqyah dan doa-doa perlindungan dgn penerimaan yg sempurna bersamaan dgn orang yg meruqyah memiliki semangat yg berpengaruh niscaya ruqyah tersebut lbh berpengaruh dlm menghilangkan penyakit.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu menyatakan terkadang sebagian orang yg menggunakan thibbun nabawi tdk mendapatkan kesembuhan. Yang demikian itu krn ada penghalang pada diri orang yg menggunakan pengobatan tersebut. Penghalang itu berupa lemah keyakinan akan kesembuhan yg diperoleh dgn obat tersebut dan lemah penerimaan terhadap obat tersebut.

Contoh yg paling tampak/ jelas dlm hal ini adl Al-Qur`an yg merupakan obat penyembuh bagi penyakit yg ada dlm dada. Meskipun demikian ternyata sebagian manusia tdk mendapatkan kesembuhan atas penyakit yg ada dlm dadanya. krn kurang keyakinan dan penerimaannya. Bahkan bagi orang munafik tdk menambah kecuali kotoran di atas kotoran yg telah ada pada diri dan menambah sakit di atas sakit yg ada.

Dengan demikian thibbun nabawi tdk cocok/ pantas kecuali bagi tubuh-tubuh yg baik sebagaimana kesembuhan dgn Al-Qur`an tdk cocok kecuali bagi hati-hati yg baik.

Tentu perlu diketahui bahwa kesembuhan itu merupakan perkara yg ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia Yang Maha Kuasa sebagai Dzat yg memberikan kesembuhan terkadang menunda pemberian kesembuhan tersebut walaupun si hamba telah menempuh sebab-sebab kesembuhan. Dia menunda hingga waktu yg ditetapkan hilang penyakit tersebut dgn hikmah-Nya.

Yang jelas kesembuhan dapat diperoleh dgn obat-obatan jika dikonsumsi secara tepat sebagaimana rasa lapar dapat hilang dgn makan dan rasa haus dapat hilang dgn minum. Jadi secara umum obat itu akan bermanfaat. Namun terkadang kemanfaatan itu luput diperoleh krn ada penghalang.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Keterangan:

(1) Rahthun adl kelompok yg terdiri dari 3 sampai 10 orang

(2) Qathi’ kata ahli bahasa umum digunakan utk jumlah antara 10 sampai 40. Ada pula yg berpendapat 15 sampai 25. Namun yg dimaukan dlm hadits ini adl 30 ekor kambing sebagaimana ditunjukkan dlm riwayat Al-A‘masy.

(3) Ibnu Abi Hamzah berkata: “Saat meniup disertai meludah kecil dlm meruqyah adl setelah qira`ah agar diperoleh barakah qira`ah pada anggota badan yg diusapkan ludah di atasnya.”

(4) Tentang mengambil upah dlm ruqyah bisa dilihat lbh lanjut pembahasan dlm rubrik Kajian Utama.

(5) Namun bukan berarti di sini kita mengharamkan pengobatan kimiawi selama hal tersebut dibolehkan dan jelas kehalalannya.

(6) dlm lafadz lain disebutkan orang itu berkata: إِنَّ أَخِي اِسْتَطْلَقَ بَطْنُهُ
Makna adl banyak yg keluar dari isi perut yakni mencret/ diare.

(7) Sebagaimana dlm riwayat Muslim orang itu berkata:
إِنِِّي سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَزْدَدْ إِلاَّ اسْتِطْلاَقًا
“Aku telah meminumkan madu namun tdk menambah bagi dia kecuali mencret.”

(8) Makna perut tdk pantas utk menerima obat bahkan menolaknya. Di sini juga ada isyarat bahwa madu itu adl obat yg bermanfaat. Adapun jika penyakit tetap ada dan tdk hilang setelah minum madu bukan krn jelek madu namun krn banyak unsur yg rusak dlm tubuh. Oleh krn itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh utk mengulang minum madu.

(9) Kencing unta bermanfaat khusus utk penyakit gangguan perut/pencernaan sebagaimana ditunjukkan dlm riwayat Ibnul Mundzir dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.

(10) Dengan cara mengeluarkan darah kotor pada bagian tubuh tertentu.

(11) Kay adl pengobatan dgn cara menempelkan sambil menekan besi panas yg membara pada bagian tubuh yg sakit.

(12) Dan kebolehan di sini adl bagi orang yg tdk meminta agar diri diruqyah juga krn hukum permasalahan ini ada pembahasan sendiri.

(13) dlm hadits yg menyebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan orang yg sakit perut utk minum madu. Pada awal madu yg diminum tdk menghentikan penyakit yg diderita krn obat harus memiliki kadar yg seimbang dgn penyakit. Bila obat kurang mk tdk menghilangkan penyakit secara keseluruhan namun bila dosis berlebih malah melemahkan kekuatan dan menimbulkan kemudharatan lainnya.

(Sumber: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari/asysyariah.com)